Latest News

More

Yayasan Aulia

Posted by : Ki Juru Ketik on : Friday, April 20, 2012 0 comments
Ki Juru Ketik
Saved under :

Ibu Lestari, pendiri Yayasan Aulia, mulai menetap di Yogyakarta pada pertengahan tahun sembilan puluhan. Beliau mulai mengasuh anak-anak jalanan yang tidak bisa lagi tinggal dengan keluarganya. Hampir semua dari 58 anak yang sekarang diasuh di Yogyakarta saat ini, lahir di perkampungan kumuh di Jakarta.
Yayasan Aulia berfokus terutama pada anak-anak bayi dan balita. Anak-anak yang sangat muda ini belum terpengaruh oleh lingkungan mereka dimana ibu mereka hidup, karena itu mereka memiliki kesempatan yang lebih baik untuk memiliki masa depan yang cerah. Di Yogyakarta sebuah kelompok pekerja social yang berpendidikan bekerja tujuh hari dalam satu minggu, 24 jam setiap harinya. Setiap orang memiliki tanggung-jawab untuk 3 sampai 6 anak. Mereka mengasuh anak-anak tersebut, untuk memastikan mereka makan, bersekolah, mandi, dan sebagainya, dengan baik. Memberikan perhatian dan kasih sayang juga merupakan hal yang sangat penting. Mereka mencoba untuk memasukkan semua aspek mengasuh dan mendidik anak seperti layaknya dalam sebuah keluarga Indonesia.
Dana untuk melaksanakan proyek ini hampir keseluruhannya dibantu oleh “The Dutch Foundation Lestari”. Sebagai tambahannya Yayasan Aulia juga mendapatkan bantuan dari pribadi-pribadi dan berbagai organisasi. Tahun 2001 mulai menerima bantuan dari pemerintah.
Anggaran belanjanya dibatasi hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok saja.
Kebutuhan pokok bagi Yayasan Aulia termasuk:
  • Makanan yang sehat
  • Rumah; Pada tahap ini anak-anak tinggal terpisah di tiga tempat yang berbeda di daerah yang tenang di Yogyakarta utara. Salah satu dari rumah-rumah tersebut dimiliki oleh Ibu Lestari, sedangkan dua yang lainnya merupakan rumah sewa
  • Pendidikan
  • Perawatan kesehatan
  • Pengeluaran Pegawai
Disamping merawat anak-anak, Yayasan Aulia juga menjalin hubungan dengan keluarga anak-anak tersebut yang masih tinggal di Jakarta. Mereka peduli terhadap latar belakang anak-anak tersebut yang biasanya sangat dramatis, dan apabila mereka sudah mencapai usia yang mencukupi, keluarga tersebut menceriterakan sejarah keluarganya pada si anak. Setiap tahun Ibu Lestari mengantar anak-anak untuk mengunjungi keluarganya di Jakarta. Orang tua dari anak yang masih kecil biasanya berkunjung ke Yogyakarta satu tahun sekali. Ada kalanya keadaan suatu keluarga sudah membaik dan mereka bisa mengasuh kembali anaknya. Namun, kebanyakan anak-anak yang tinggal di Yogyakarta masih tetap tinggal dengan Yayasan Aulia.
Kadang-kadang ada orang tua si anak yang mau mengambil anaknya kembali ke Jakarta. Seorang anak bisa dijadikan sumber pendapatan penting bagi orang tua. Pada usia yang sangat muda mereka menyuruh anaknya untuk bekerja di jalanan untuk mengemis ataupun untuk melacur. Apabila keadaan semacam ini muncul, Ibu Lestari berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan pada orang tua tersebut bahwa masa depan si anak apabila membiarkannya tetap tinggal di Yogyakarta. Karena kharisma dan pengalamannya bertahun-tahun dalam bidangnya, beliau sering bisa mencegah orang tua untuk mengambil anaknya kembali. Sayangnya Indonesia tidak memiliki hukum perlindungan anak dan karenanya orang tua kandung merekalah yang selalu mendapatkan hak untuk mengambil anaknya kalau mereka menginginkan.
Meskipun telah berusaha, para pegawai Yayasan Aulia yang berpengalaman dan berpendidikan, ada kalanya tidak dapat mencegah beberapa anak kembali lagi ke lingkungan miskinnya. Ini merupakan kenyataan yang sangat menyedihkan, namun hal ini tidak mencegah para pegawai yang selalu bersedia mencurahkan perhatian mereka untuk tetap melanjutkan pekerjaannya. Untunglah ada banyak contoh anak-anak yang bahagia dan sehat yang pada saat ini memiliki kehidupan yang lebih baik atas usaha dari Yayasan Aulia. Hal yang membuat mereka terus bekerja adalah ungkapan berikut ini: “Setiap anak yang mendapatkan kesempatan yang lebih 
baik di dalam masyarakat ini sangatlah berharga, meskipun kadang-kadang hal ini seperti alur cerita yang tak akan pernah ada habisnya.”
Saved under :

No comments:

Leave a Reply