Posisi georafis Indonesia yang berada di
wilayah rawan bencana membuat kita semua berada pada resiko besar berhadapan
dengan bencana yang bisa datang kapan saja. Hampir setiap hari kita mendengar,
melihat bahkan merasakan bencana datang silih berganti di berbagai wilayah di
Indonesia, hal ini menuntut kesiapan kita semua agar dapat hidup dalam ancaman
bencana agar kita dapat meminimalkan resiko yang muncul. Indonesia membutuhkan
masyarakat yang siaga bencana.
Kapan saat yang tepat untuk memperkenalkan
siaga bencana kepada masyarakat? Beberapa penelitian menunjukan bahwa usia dini
adalah periode penting bagi perkembangan otak dimana pengalaman-pengalaman di
masa ini membentuk fondasi bagi pembelajaran seumur hidup dan produktifitas di
masa yang akan datang.
Perkembangan ilmu pengetahuan menunjukan pada masa awal kehidupan manusia (masa
usia dini) terjadi proses pembentukan struktur dasar otak dan psikologikal yang
akan menentukan seperti apa proses tumbuh kembangnya nanti. Telah banyak dibuktikan,
semakin dini diberikan intervensi atau stimulasi maka semakin besar manfaatnya
bagi anak. Otak, memiliki kapasitas yang luar biasa untuk bisa berubah, namun, timing yang tepat menjadi kuncinya.
Bagian-bagian pada otak berkembang pada waktu dan tingkatan yang berbeda-beda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat
“windows of opportunity”, atau
rentang waktu yang spesifik bagi perkembangan kemampuan atau skill tertentu. Pada masa atau rentang
waktu tersebut, stimulasi yang tepat sangat dibutuhkan agar syaraf-syaraf otak
dapat tersambung dengan mudah dan efektif. Anak pada rentang usia 3-6 tahun
memiliki potensi besar untuk
mengembangkan kompetensi dasar bagi kecakapan hidupnya kelak, hal ini akan
terjadi jika mereka diberikan intervensi atau stimulasi yang tepat.
Pada konteks
ini, prasekolah, taman kanak-kanak atau pusat-pusat Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) menjadi pintu masuk yang tepat untuk mendidik anak bahkan keluarga
mereka agar menjadi siaga bencana. Banyak pengalaman di lapangan yang
menunjukan bahwa anak dapat menjadi agen informasi bagi keluarga mereka dan
secara luas menjadi agen perubahan di masyarakat.
Pendidikan bagi
anak, untuk rentang usia berpapun, harus dapat didesain agar sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan perkembangan anak. Anak usia dini belajar sambil
bermain, sambil melakukan sesuatu, mereka menyerap dan menganalisa dengan sederhana
informasi yang didapat dari aktifitas yang dilakukannya. Lalu mereka
menyesuaikan pengalaman yang baru didapat dengan kemampuan berfikir mereka.
Semakin besar usia anak, mereka semakin terampil dalam mengembangkan hal-hal baru untuk menjadi
skill yang lebih baik.
Cara belajar anak harus menjadi landasan bagi cara mengajar guru. Kata
“ajar” dapat bermakna “memberitahukan” atau “memberi informasi”, tetapi cara
yang tepat untuk mengajar anak usia dini adalah melalui bermain, guru atau
pengasuh berperan sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan bermain
yang dapat menstimulasi atau merangsang anak. Perlu diingat bahwa dalam konteks
belajar bagi anak usia dini, perasaan atau emosi mereka sangat mempengaruhi
proses belajar, karena itu lingkungan dan suasana yang nyaman dan aman bagi
anak sangat penting.
Hal lain adalah anak usia dini belajar melalui kebiasaan dalam melakukan
hal-hal yang bermakna bagi mereka, semakin sering aktivitas tertentu dilakukan
maka semakin cakap si anak dalam melakukan kegiatan tersebut. Pengulangan
aktivitas dalam kaitannya pendidikan siaga bencana bagi anak usia dini sangat
penting agar ilmu dan skill yang didapat lebih tertanam di dalam memori mereka,
sehingga mereka akan lebih siap dan siaga dalam menghadapi resiko bencana yang
mungkin datang kelak.
Di sisi lain, bencana juga memberikan tantangan tersendiri bagi anak usia
dini, anak-anak berhadapan dengan resiko yang mempengaruhi perkembangan
kemampuan kognitif, perilaku dan emosional mereka, bahkan mereka mungkin
mengalami bahaya fisik yang juga dapat mengakibatkan penurunan atau
keterlambatan dalam proses tumbuh kembang secara keseluruhan. Hal ini tentunya
mempengaruhi kehidupan mereka di masa depan sebagai generasi bangsa. Karenanya
mendidik anak untuk tahu “apa yang harus dilakukan” ketika ancaman bencana itu
datang merupakan cara terbaik untuk melindungi mereka saat ini dari ancaman
bencana.
Dalam kaitannya dengan pendidikan resiko bencana, ada tiga komponen penting
yang perlu diperkenalkan bagi anak usia dini, yaitu; mengetahui tanda dan
penyebab terjadinya ancaman bencana, mengetahui apa yang harus dilakukan
sebelum ancaman bencana datang dan saat ancaman bencana terjadi, dan
keterampilan untuk bertahan hidup di saat bencana terjadi. Dalam merencanakan
kegiatan atau aktivitas bagi pengenalan tiga komponen tersebut, seluruh kemampuan
perkembangan anak harus dapat ikut dikembangkan secara bersamaan. Kemampuan
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan social emosional.
Misalnya pengenalan siaga bencana gempa dapat diperkenalkan melalui lagu dan
gerakan menari dimana isi lagu mengajarkan anak tentang apa yang harus
dilakukan saat gempa terjadi tetapi juga sekaligus mengasah seluruh kemampuan
perkembangan anak.
Saat ini, tidak banyak pihak yang menaruh perhatian terhadap pendidikan
siaga bencana bagi anak usia dini. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan
wacana berfikir bagi kita semua agar dapat mulai mengajarkan pendidikan siaga
bencana sejak dini, demi kesiagaan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Oleh:
No comments: