Latest News

More

Siaga Bencana Sejak Dini

Posted by : Ki Juru Ketik on : Tuesday, April 24, 2012 0 comments
Ki Juru Ketik
Saved under :

Posisi georafis Indonesia yang berada di wilayah rawan bencana membuat kita semua berada pada resiko besar berhadapan dengan bencana yang bisa datang kapan saja. Hampir setiap hari kita mendengar, melihat bahkan merasakan bencana datang silih berganti di berbagai wilayah di Indonesia, hal ini menuntut kesiapan kita semua agar dapat hidup dalam ancaman bencana agar kita dapat meminimalkan resiko yang muncul. Indonesia membutuhkan masyarakat yang siaga bencana.
Kapan saat yang tepat untuk memperkenalkan siaga bencana kepada masyarakat? Beberapa penelitian menunjukan bahwa usia dini adalah periode penting bagi perkembangan otak dimana pengalaman-pengalaman di masa ini membentuk fondasi bagi pembelajaran seumur hidup dan produktifitas di masa yang akan datang.
Perkembangan ilmu pengetahuan  menunjukan pada masa awal kehidupan manusia (masa usia dini) terjadi proses pembentukan struktur dasar otak dan psikologikal yang akan menentukan seperti apa proses tumbuh kembangnya nanti. Telah banyak dibuktikan, semakin dini diberikan intervensi atau stimulasi maka semakin besar manfaatnya bagi anak. Otak, memiliki kapasitas yang luar biasa untuk bisa berubah, namun, timing yang tepat menjadi kuncinya. Bagian-bagian pada otak berkembang pada waktu dan tingkatan yang berbeda-beda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat “windows of opportunity”, atau rentang waktu yang spesifik bagi perkembangan kemampuan atau skill tertentu. Pada masa atau rentang waktu tersebut, stimulasi yang tepat sangat dibutuhkan agar syaraf-syaraf otak dapat tersambung dengan mudah dan efektif. Anak pada rentang usia 3-6 tahun memiliki potensi  besar untuk mengembangkan kompetensi dasar bagi kecakapan hidupnya kelak, hal ini akan terjadi jika mereka diberikan intervensi atau stimulasi yang tepat.  

Pada konteks ini, prasekolah, taman kanak-kanak atau pusat-pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi pintu masuk yang tepat untuk mendidik anak bahkan keluarga mereka agar menjadi siaga bencana. Banyak pengalaman di lapangan yang menunjukan bahwa anak dapat menjadi agen informasi bagi keluarga mereka dan secara luas menjadi agen perubahan di masyarakat.

Pendidikan bagi anak, untuk rentang usia berpapun, harus dapat didesain agar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan perkembangan anak. Anak usia dini belajar sambil bermain, sambil melakukan sesuatu, mereka menyerap dan menganalisa dengan sederhana informasi yang didapat dari aktifitas yang dilakukannya. Lalu mereka menyesuaikan pengalaman yang baru didapat dengan kemampuan berfikir mereka. Semakin besar usia anak, mereka semakin terampil  dalam mengembangkan hal-hal baru untuk menjadi skill yang lebih baik.

Cara belajar anak harus menjadi landasan bagi cara mengajar guru. Kata “ajar” dapat bermakna “memberitahukan” atau “memberi informasi”, tetapi cara yang tepat untuk mengajar anak usia dini adalah melalui bermain, guru atau pengasuh berperan sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan bermain yang dapat menstimulasi atau merangsang anak. Perlu diingat bahwa dalam konteks belajar bagi anak usia dini, perasaan atau emosi mereka sangat mempengaruhi proses belajar, karena itu lingkungan dan suasana yang nyaman dan aman bagi anak sangat penting.

Hal lain adalah anak usia dini belajar melalui kebiasaan dalam melakukan hal-hal yang bermakna bagi mereka, semakin sering aktivitas tertentu dilakukan maka semakin cakap si anak dalam melakukan kegiatan tersebut. Pengulangan aktivitas dalam kaitannya pendidikan siaga bencana bagi anak usia dini sangat penting agar ilmu dan skill yang didapat lebih tertanam di dalam memori mereka, sehingga mereka akan lebih siap dan siaga dalam menghadapi resiko bencana yang mungkin datang kelak.

Di sisi lain, bencana juga memberikan tantangan tersendiri bagi anak usia dini, anak-anak berhadapan dengan resiko yang mempengaruhi perkembangan kemampuan kognitif, perilaku dan emosional mereka, bahkan mereka mungkin mengalami bahaya fisik yang juga dapat mengakibatkan penurunan atau keterlambatan dalam proses tumbuh kembang secara keseluruhan. Hal ini tentunya mempengaruhi kehidupan mereka di masa depan sebagai generasi bangsa. Karenanya mendidik anak untuk tahu “apa yang harus dilakukan” ketika ancaman bencana itu datang merupakan cara terbaik untuk melindungi mereka saat ini dari ancaman bencana. 

Dalam kaitannya dengan pendidikan resiko bencana, ada tiga komponen penting yang perlu diperkenalkan bagi anak usia dini, yaitu; mengetahui tanda dan penyebab terjadinya ancaman bencana, mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum ancaman bencana datang dan saat ancaman bencana terjadi, dan keterampilan untuk bertahan hidup di saat bencana terjadi. Dalam merencanakan kegiatan atau aktivitas bagi pengenalan tiga komponen tersebut, seluruh kemampuan perkembangan anak harus dapat ikut dikembangkan secara bersamaan. Kemampuan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan social emosional. Misalnya pengenalan siaga bencana gempa dapat diperkenalkan melalui lagu dan gerakan menari dimana isi lagu mengajarkan anak tentang apa yang harus dilakukan saat gempa terjadi tetapi juga sekaligus mengasah seluruh kemampuan perkembangan anak.

Saat ini, tidak banyak pihak yang menaruh perhatian terhadap pendidikan siaga bencana bagi anak usia dini. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan wacana berfikir bagi kita semua agar dapat mulai mengajarkan pendidikan siaga bencana sejak dini, demi kesiagaan bangsa yang lebih baik di masa depan. 

Oleh: 

Saved under :

No comments:

Leave a Reply