Dalam rangkaian kegiatan Global Action Week (GAW) hari ketiga, 24 April
2012, CSOiEFA mengadakan Dialog Pendidikan dengan tema Pentingnya Pola Pengasuh
Anak. Dialog ini menghadirkan Ibu Sitti Evangeline Imelda Suaidy, psikolog dari
Yayasan Kita dan Buah Hati dan Ibu Endang, Guru PAUD di Cilandak Barat. Acara
yang sangat meriah dan penuh kehangatan ini dipandu oleh Sudaryanto sebagai
moderator.
Dalam sambutan awalnya, ketua pelaksana GAW, Nur Febrianti mengatakan,
acara ini ditujukan untuk memberikan kesadaran dan tingkat pemahaman yang baik
bagi orang tua atau pengasuh dalam memberikan pengasuhan anak usia dini.
Ibu Sitti Evangeline Imelda Suaidy dalam paparannya yang sangat menarik
memaparkan bahwa anak adalah unik. Mereka diciptakan berbeda satu dengan yang
lainnya. Kita semua menjadi orangtua karena anak kita, kita tidak siap menjadi
orangtua akan berpengaruh pada kepribadian dan masa depan anak.
“Misalnya kalau kita bicara yang salah atau tidak sengaja pada anak maka
akan mengakibatkan melemahkan konsep diri, membuata anak diam, melawan,
menentang, menjatuhkan harga diri dan kepercayaan diri anak, kemampuan berfikir
menjadi rendah dan tidak terbiasa memilih dan mengambil keputusan bagi dirinya”
jelas Ibu yang energik ini.
Perbedaan kebutuhan dan kemauan menunjukkan kesalahpahaman antara orang
tua dengan anak. Orangtua tidak membaca bahasa tubuh dari anak sehingga erkadang
orang tua tidak mendengar perasaan anak, orang tua kurang mendengar aktif apa
yang diungkapkan oleh anak sehingga orang tua biasanya menggunakan 12 gaya
populer yaitu memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, mencap/label,
mengancam, menasehati terlalu dini, membohongi, menghibur namun tidak
menyelesaikan masalah, mengkritik, menyindir dan menganalisa.
“Akibatnya, jika masalah tidak terpecahkan maka generasi kita akan
mengalihkannya kepada hal-hal misalnya dengan pacaran, sek bebas, aborsi, putus
sekolah, nikah muda, bercerai, narkoba, HIV/AIDS bahkan hingga bunuh diri”
paparnya.
Oleh karena itu, kiat meningkatkan komunikasi pada anak, menurutnya
adalah dengan cara jangan bicara tergesa-gesa dan menggunakan gaya memasuki
perasaan anak, belajar untuk kenali diri & kenali lawan bicara kita,
memahami kelebihan dan kekurangan pada anak serta mengerti bahasa tubuh.
Sementara itu, Ibu Sri Endang seorang Guru PAUD dari Gandaria menceritakan
awal mula berdirinya PAUD di Gandaria. Sasaran PAUD ini adalah seluruh balita
yang berada diwilayah RW.07 di Cilandak, jakarta selatan dari keluarga kurang
mampu dengan melibatkan 100 orang guru di Jakarta Selatan.
“Selama ini hambatan dan permasalahan PAUD kami adalah saat dipandang
sebelah mata, diwilayah masih banyak ortu yang menganggap usia masuk PAUD itu 5
tahun dan karena bayarannya murah jadi dianggap sepele” ceritanya. Upaya
mengatasi itu, lanut Ibu endang, dengan terus menerus mensosialisasikan ke
masyarakat, pendidikan mengikuti pelatihan-pelatihan dan terus berinovasi untuk
belajar yang baik.
Dalam sessi pertanyaan, Ibu Cesa dari YBS bertanya tentang perilaku
anak misalnya suatu acara pengajian atau arisan anak yang tidak bisa diam,
salahkah kita kalau dibentak anak tersebut supaya tidak mondar mandir kesana
kemari?
Ibu Eva menanggapi, bahwa dalam kondisi tersebut ia memberikan masukan
dengan jangan membentak atau memarahi anak, diajak anak untuk bermain peran, misalnya
bermain main tamu-tamuan. “Disitu anak dilatih untuk bersikap apa yang sedang
dia perankan. Karena usia 3-5 tahun mempunyai masa untuk berexplorasi dialam luas”paparnya.
No comments: