Latest News

More

GAW 2012 : DIALOG PENDIDIKAN PENTINGNYA POLA PENGASUHAN ANAK

Posted by : Ki Juru Ketik on : Thursday, April 26, 2012 0 comments
Ki Juru Ketik
Saved under :

Dalam rangkaian kegiatan Global Action Week (GAW) hari ketiga, 24 April 2012, CSOiEFA mengadakan Dialog Pendidikan dengan tema Pentingnya Pola Pengasuh Anak. Dialog ini menghadirkan Ibu Sitti Evangeline Imelda Suaidy, psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati dan Ibu Endang, Guru PAUD di Cilandak Barat. Acara yang sangat meriah dan penuh kehangatan ini dipandu oleh Sudaryanto sebagai moderator.

Dalam sambutan awalnya, ketua pelaksana GAW, Nur Febrianti mengatakan, acara ini ditujukan untuk memberikan kesadaran dan tingkat pemahaman yang baik bagi orang tua atau pengasuh dalam memberikan pengasuhan anak usia dini.

Ibu Sitti Evangeline Imelda Suaidy dalam paparannya yang sangat menarik memaparkan bahwa anak adalah unik. Mereka diciptakan berbeda satu dengan yang lainnya. Kita semua menjadi orangtua karena anak kita, kita tidak siap menjadi orangtua akan berpengaruh pada kepribadian dan masa depan anak.

“Misalnya kalau kita bicara yang salah atau tidak sengaja pada anak maka akan mengakibatkan melemahkan konsep diri, membuata anak diam, melawan, menentang, menjatuhkan harga diri dan kepercayaan diri anak, kemampuan berfikir menjadi rendah dan tidak terbiasa memilih dan mengambil keputusan bagi dirinya” jelas Ibu yang energik ini.

Perbedaan kebutuhan dan kemauan menunjukkan kesalahpahaman antara orang tua dengan anak. Orangtua tidak membaca bahasa tubuh dari anak sehingga erkadang orang tua tidak mendengar perasaan anak, orang tua kurang mendengar aktif apa yang diungkapkan oleh anak sehingga orang tua biasanya menggunakan 12 gaya populer yaitu memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, mencap/label, mengancam, menasehati terlalu dini, membohongi, menghibur namun tidak menyelesaikan masalah, mengkritik, menyindir dan menganalisa.

“Akibatnya, jika masalah tidak terpecahkan maka generasi kita akan mengalihkannya kepada hal-hal misalnya dengan pacaran, sek bebas, aborsi, putus sekolah, nikah muda, bercerai, narkoba, HIV/AIDS bahkan hingga bunuh diri” paparnya.

Oleh karena itu, kiat meningkatkan komunikasi pada anak, menurutnya adalah dengan cara jangan bicara tergesa-gesa dan menggunakan gaya memasuki perasaan anak, belajar untuk kenali diri & kenali lawan bicara kita, memahami kelebihan dan kekurangan pada anak serta mengerti bahasa tubuh.

Sementara itu, Ibu Sri Endang seorang Guru PAUD dari Gandaria menceritakan awal mula berdirinya PAUD di Gandaria. Sasaran PAUD ini adalah seluruh balita yang berada diwilayah RW.07 di Cilandak, jakarta selatan dari keluarga kurang mampu dengan melibatkan 100 orang guru di Jakarta Selatan.

“Selama ini hambatan dan permasalahan PAUD kami adalah saat dipandang sebelah mata, diwilayah masih banyak ortu yang menganggap usia masuk PAUD itu 5 tahun dan karena bayarannya murah jadi dianggap sepele” ceritanya. Upaya mengatasi itu, lanut Ibu endang, dengan terus menerus mensosialisasikan ke masyarakat, pendidikan mengikuti pelatihan-pelatihan dan terus berinovasi untuk belajar yang baik.

Dalam sessi pertanyaan, Ibu Cesa dari YBS bertanya tentang perilaku anak misalnya suatu acara pengajian atau arisan anak yang tidak bisa diam, salahkah kita kalau dibentak anak tersebut supaya tidak mondar mandir kesana kemari?

Ibu Eva menanggapi, bahwa dalam kondisi tersebut ia memberikan masukan dengan jangan membentak atau memarahi anak, diajak anak untuk bermain peran, misalnya bermain main tamu-tamuan. “Disitu anak dilatih untuk bersikap apa yang sedang dia perankan. Karena usia 3-5 tahun mempunyai masa untuk berexplorasi dialam luas”paparnya.
Saved under :

No comments:

Leave a Reply