Latest News

More

Diskusi Pendidikan: Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini-GAW 2012

Posted by : Ki Juru Ketik on : Wednesday, April 25, 2012 0 comments
Ki Juru Ketik
Saved under :


Hari keempat kegiatan Pekan Aksi Global 2012, CSOiEFA kembali mengadakan diskusi pendidikan dengan tema pendidikan dan perawatan anak usia dini (25/04). Diikuti oleh 100an peserta dari para guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), diskusi ini menghadirkan Bapak Muhammad Nuh dari perwakilan kementrian pendidikan, Ibu Sri Wulan dan Ibu Rini dari Koalisi Nasional Pengembangan Anak Usia Dini, Jakarta.        

Dimulai dengan sambutan dari ketua pelaksana GAW dan perwakilan CSOiEFA, Nur febriyani, yang mengatakan dialog ini merupakan bagian dari kegiatan Global Action Week (GAW) dengan salah satu tujuannya mempercepat target MDG’S. Lebih dari 100 negara yang juga sedang kampanye dalam bidang pendidikan ini. “Dalam dialog ini kita akan sama-sama menggali bukan hanya pendidikan yang penting bagi anak, tetapi aspek perawatan yang juga ditegakkan” katanya.
Narasumber pertama, Bapak Muhammad Nuh mengatakan kebijakan kementrian dan kebudayaan dengan misi bagaimana negara mampu meningkatkan kesejahteraan, peningkatan mutu yang harus dicapai dalam kurun waktu 2010-2015. Oleh karena itu, bagaimana pendidikan bisa dirasakan oleh anak-anak yang memerlukan pendidikan khusus, karena selama ini hanya fokus dalam pendidikan akademik sehingga perlu ada keseimbangan dengan pendidikan karakter. “Harapannya kedepan nanti anak-anak yang kita didik sekarang bisa mampu bersaing dengan anak-anak negara lain”, katanya.
Bapak Muhammad Nuh mengutip hasil penelitian yang dilakukan oleh Kemendiknas dimana investasi pendidikan pada usia dini tingkat pemanfaatannya sangat besar. Kala anak berada dalam lngkungan yang kurang baik maka akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak tersebut, tetapi jika pendidikan dapat dilaksanakan maka akan menghasilkan hasil yang optimal.
“Jika anak mendapatkan pendidikan usia dini akan meningkatkan IQ anak, PAUD menjadi penting karena sudah menjadi suatu komitmen untuk melaksanakannya” jelasnya.
Sementara itu narasumber kedua, Ibu Dra. Sri Wulan menjelaskan bahwa usia dini dimana umur 0 sampai 8 tahun mempunyai ciri khas dan keunikan yang masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan anak ialah bertambahanya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks  yaitu anak tidak bisa menyebutkan urutan bilangan menjadi bisa menyebutkan.
Ibu Sri menjelaskan bahwa ciri-ciri perkembangan anak menimbulkan perubahan. Jika ibu-ibu yang berinteraksi langsung dengan anak-anak berarti sedang membangun pondasi untuk anak-anak dalam menghadapi masa datang. Jika pondasinya salah maka akan menghasilkan perkembangan yang salah juga pada anak masa datang.
“Yang perlu diingat Anak usia dini itu bertumbuh dan berkembang. Anak bukan orang dewasa tetapi membutuhkan penghargaan dari orang dewasa, contoh sederhana ketika kita naik angkot ada ibu yang membawa anaknya semua penumpang duduk tetapi ibu yang membawa anak berdiri tidak diberikan tempat duduk, begitu juga ketika naik motor ibu dan bapaknya pake helm tetapi anaknya tidak” Jelasnya.
Adapun Ibu Rini lebih banyak menjelaskan tentang perkembangan fisik anak dimana otak anak mulai berkembang sejak  masa prakontraksi didalam perut, dan akan terus berkembang ketikia ia lahir. “Perkembangan otak, begitu anak lahir otaknya sudah ada, sel otaknya ada 100 milyar tetapi belum bersahabat masih terpisah. Dengan respon stimulasi dari lingkungan maka sel-sel tersebut akan saling berhubungan. Kelahiran 3 tahun sebagai masa emas, dimana terjadi pertumbuhan otak paling cepat dan mudah. Karena anak akan belajar berbicara, berpikir, merlakukan gerakan kompleks, membangun hubungan” jelasnya
Dalam sessi pertanyaan, Ibu Indah dari Jakarta Timur bertanya tentang hubungan program pemerintah PAUD terpadu, yaitu bagaimana cara pengajuan pendiriannya dan apakah ada dukungan dari pemerintah?. Bapak Muhammad menjawab bahwa pemerintah memberikan kesempatan kepada lembaga untuk mendapatkan bantuan, misalnya tingkat pembangunan PAUD Terpadu yang bisa dilakukan ditingkat kecamatan. “Caranya dapat dilakukan dengan mengajukan proposal dan bisa diakses di situs kemendiknas program PAUD” katanya.
Peserta yang lain bertanya tentang bagaimana kiat dan solusi pengajaran terhadap anak yang mempunyai kebutuhan khusus dalam hal ini autis?. Ibu Sri Wulan menjelaskan, untuk menangani anak autis yang mempunyai kebutuhan khusus, kita harus menerima, memang tidak mudah untuk menanganinya dengan terapi yang baik. Anak autis itu hidup di dunianya sendiri sehingga ketika kita bicara pada anak itu tidak ada timbal balik. Sampai saat ini masih diteliti, banyak penyebabnya salah satunya karena salah makan, terlalu banyak mengkonsumsi gula sejenisnya.
Ibu Rini menambahkan tentang PAUD inklusi yaitu fisik dan emosional. Hanya orang yang mempunyai keahlian khusus atau psikiater yang bisa mengetahuinya anak itu autis atau bukan. Yang bisa bilang ia anak autis, aktif atau syndrome itu mereka bukan kita. RSUD punya budget untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus, jika anak miskin maka ada JAMKESMAS.

“Untuk mengatasi anak berkebutuhan khusus yaitu dengan mengoptimalkan keterbatasannya, jadi saya sarankan jangan mengatakan anak itu berkebutuhan khusus sebelum melihat atau ada hasil dari diagnosanya”tegasnya.
Saved under :

No comments:

Leave a Reply