![]() |
| Image: Radar Banten |
Jakarta, Detik--Perbaikan jembatan 'maut' bagi siswa SD di Sang Hiang, Lebak, Banten, dinilai jauh lebih mendesak ketimbang renovasi ruang Banggar DPR Rp 20 miliar. Wakil rakyat diimbau bekerja dengan empati sosial.
Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali menyayangkan uang rakyat dalam jumlah besar lagi-lagi digunakan tanpa prioritas.
Ia berpendapat, negara Indonesia menjadi kacau lantaran pemimpinnya tidak bekerja berdasarkan prioritas. Padahal, kata dia, pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang bisa bekerja dengan prioritas.
"Masalah ruang Banggar itu sesuatu yang bisa ditunda. Sementara kita tahu anak-anak yang di Banten berangkat sekolah melalui jembatan tali untuk melewati sungai, bahaya sekali itu. Kalau mereka jatuh siapa yang bertanggung jawab. Padahal, itulah yang mendesak," kata Rhenald
saat dimintai komentar tentang ruang rapat Banggar DPR Rp 20 miliar dan pembangunan di daerah tertinggal.
Hal ini disampaikan Rhenald usai acara pemberian bantuan 1.000 cangkul dan 1.000 buku untuk Pulau Buru, Maluku di rumah perubahan, Jalan Raya Hankam, Bekasi, Sabtu (21/1/2012).
Dikatakan dia, renovasi ruang Banggar masuk dalam buku anggaran tahunan sehingga menjadi prioritas pekerjaan DPR.
"Mereka hanya bekerja berdasarkan anggaran yang sudah ditetapkan. Sedangkan musibah tidak masuk dalam anggaran makanya tidak jadi perhatian," ujar dia.
Menurut dia, dibutuhkan kemampuan para pemimpin untuk menggunakan leadership yang kuat untuk daerah yang bermasalah. "Untuk anggota DPR jika memang mereka adalah wakil rakyat maka harus bisa bekerja dengan empati sosial," imbau Rhenald.
(aan/ndr)

No comments: