Latest News

More

Wajah Pendidikan Indonesia

Posted by : Ki Juru Ketik on : Monday, December 5, 2011 0 comments
Ki Juru Ketik
Saved under :

Tut Wuri Handayani merupakan semboyan yang sangat identik dengan pendidikan. Hal ini seakan menjadi pemicu semangat terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan di Indonesia. Semboyan tersebut memiliki makna mengikuti dari belakang dalam memberi dorongan semangat.

Namun, semakin lama semboyan tersebut seakan makin tergerus maknanya karena kenyataan yang dihadapi sekarang ini seolah bertolak belakang dengan semangat tersebut.

Kita sebagai masyarakat sering mengeluhkan mengenai sistem dan kebijakan pendidikan yang berlaku, namun tidak mengetahui apa yang harus diperbuat dalam memperbaiki sistem ini karena kurangnya tempat untuk mewadahi dan menjalankan aspirasi tersebut, sehingga kita sering mempertanyakan keseriusan dan eksistensi pemerintah dalam membangun citra pendidikan yang bermutu dan maju.

Kondisi di atas memunculkan banyak pertanyaan seperti bagaimana "wajah pendidikan" Indonesia kini sebenarnya? Apakah penerapan terhadap sistem pendidikan yang berlaku di negara kita saat ini sudah tepat? Sejauh mana peran pemerintah dalam mendukung pendidikan di Indonesia? Adakah dalam era sekarang ini, pengajar dan fasilitas di lembaga pendidikan negeri dan swasta sudah benar-benar berstandar dan mampu dalam memajukan pendidikan?

Hal ini perlu dipertanyakan, mengingat suatu negara dikatakan maju bukan karena kaya secara ekonomi atau karena pendapatan per kapita penduduknya tinggi, tetapi suatu negara dikatakan maju karena pendidikan anggota masyarakatnya yang tinggi.

Buku Indonesia Mengajar ini memberikan gambaran akan buruknya "wajah" pendidikan nasional. Berisi tentang pengalaman anak-anak muda yang merantau ke berbagai pelosok desa untuk mengajar. Mereka adalah 51 pengajar muda yang memiliki tekad kuat dalam memajukan pendidikan Indonesia.

Mereka rela meninggalkan kenyamanan kota dan jauh dari keluarga untuk mengabdi di pedalaman, sebagai guru. Mereka berusaha melunasi janji kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tak sekadar mengajar baca-tulis-hitung, mereka juga mengajar banyak nilai-nilai kebaikan, pun gantian belajar pada masyarakat asli.

Dalam perjalanannya, tak sedikit keluh-kesah, kesedihan, dan kesulitan yang mereka alami. Mulai dari bangunan yang hampir roboh, fasilitas yang kurang memadai, jarak yang jauh dan terjal, kurangnya tenaga kerja.

Bagaimana pendidikan masih menjadi barang mahal di tanah saudara-saudara kita yang jauh dari pusat. Padahal, seperti yang kita ketahui dalam Pembukaan UUD 1945 Pasal 31 Ayat (1) dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Hal ini sudah jelas bahwa konstitusi negara mengatur pendidikan sebagai hak dasar setiap warga negara yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Tapi, hal ini tidak berlaku bagi saudara-saudara kita di pelosok negeri.

Pada akhirnya, dapat kita simpulkan bahwa perhatian pemerintah terhadap masalah pendidikan masih sangat kurang. Ini bisa dilihat dari carut-marutnya fasilitas pendidikan yang masih akrab menemani masyarakat pelosok negeri ini.

Hal inilah yang ingin disampaikan oleh pengajar-pengajar muda kepada kita semua. Sebagai rakyat Indonesia, sudah semestinya kita juga turut berkontribusi dalam hal pendidikan di negeri ini. Sungguh suatu sikap yang patut kita contoh.

Sumber: Koran Jakarta
Saved under :

No comments:

Leave a Reply